The Elders Scroll Skyrim - Help Select

Kontes Menulis Horror : Penggaris Dan Parang

Judul : Penggaris Dan Parang

Facebook : http://facebook.com/bayu748 

Oh ya... Pertama-tama perkenalkan namaku adalah Bayu Bangsa aku adalah seorang remaja pendiam dan penutup. Aku memiliki wajah yang jelek, dan di hiasi bekas jerawat yang menghitam. Itu menjadikan mukaku seperti kulit tokek. Keseharianku hanyalah bermain hp saja.
Orang tuaku meninggal dan aku hanya hidup bersama nenek berdua. Walau aku tahu suatu saat aku akan jadi orang terlantar.

Aku juga bersekolah. Sekolah ku yang bersandang "Negeri" menjadikan keringanan biaya sekolah untukku. 
Di sekolah namaku adalah yang terpopuler... Karena aku adalah obyek bully terpopuler juga, tapi semua itu lenyap sejak aku memukul kepala temanku menggunakan penggaris 90 cm. 

Apakah aku punya teman? Tidak.
Tidak ada seseorang yang berani mendekatiku, mereka menganggap aku seperti hal nya psikopat saja. Diam Tetapi Sadis. Hingga pada suatu hari murid baru datang kekelasku. Yah... Karena dia itu memanglah murid baru untuk kelasku. Aku tidak menggubrisnya, bahkan saat dia memperkenalkan dirinya aku tidak mendengarkannya.

Nama murid baru itu adalah 
Siren Mandao. Dia memanglah perempuan, dengan mata sipit dan mukanya yang putih itu menunjukan bahwa dia adalah keturunan cina. Hingga suatu hari ada orang yang berani mendekatiku, iya... dia adalah Siren.
Bel Istirahat telah berbunyi, semua siswa berhamburan keluar keluar kelas menyisakan dua orang siswa dikelas.
Siren lalu duduk di atas mejaku.
"Hy Bay... Aku tidak pernah melihatmu berbicara" Ujarnya sambil membuka sedikit mulut kecilnya dan menempatkan ujung lidahnya kesudut bibir.

"Hai..." Jawabku dengan wajah minim ekspresi.

"Jutek amat... Sok cool kamu..."

Pembicaraan itu pun berlanjut... Aku sangat menikmati ini. Hanya dia yang mau mengajakku berbicara selama ini, hawa dikelas ini menjadi suram... ditambah Siren yang asyik menceritakan pengalaman suramnya menjadi obyek bully (Hampir sama denganku).
Aku bahkan masih menikmati saat-saat ini, saat bibir si manis itu tersenyum sambil menutup mata. Menunjukan betapa sakitnya sebelum ia pindah kesekolah yang aku tempati.

Hari-hari berlanjut, dan kami berdua sekarang adalah sahabat. Entah apa yang membuat Siren tertarik dengan ku... Apakah wajahku?, ah tidak mungkin. Apakah kisah hidupku dulu? Yah mungkin saja. Perlu diketahui setiap aku berjalan bersama gadis sipit itu beberapa lelaki sirik padaku. Terlebih lagi si Tony yang pernah aku pukul dengan penggaris. Ia seperti ingin membunuhku sekali lagi.

Keesokan hari aku masuk ke gerbang sekolah sambil menundukan wajahku.
 
"Bayu..." panggilan keras seorang gadis yang membuat aku tersenyum.

Seorang berlari menuju arahku dan langsung menggapai tanganku. 

"Siren...?!?" kataku lirih.
"Apa Bay... Oh ya maaf (sambil melepaskan genggaman tangannya)"

Siren lalu berjalan mendahului ku kekelas. Aku dapat melihat rambutnya berkibas kekanan dan kekiri. Sontak itu membuatku terdiam... rambutnya berubah menjadi senjata tajam yang berayun. 
Dan itu pun mulai menjauh diikuti kesadaranku yang kembali.

Tiba-tiba seorang mendorongku hingga aku terjatuh. Tidak cukup membuatku jatuh ia lalu menendang mukaku berulang, hingga aku mengeluarkan darah dari hidung dan mulut. Aku hanya bisa pasrah dan menutup mukaku.

"Kau memang sangat lemah Bangsa...!!!"

Ucapan itu tidak asing lagi bagiku. Suara itu disusul tawa dari beberapa laki-laki disana. 

"Apakah mereka sudah pergi?"gumamku dalam hati. 

Aku mencoba berdiri dan menggulingkan badanku kesamping , tetapi tidak bisa...  aku kembali terjatuh. Pandanganku menatap lurus kedepan. Gadis itu menatapku dengan dingin, air mata itu masih mengalir membasahi pipinya. Dia tak bergerak sedikitpun. Aku membalasnya dengan senyuman dan berkata...

"Aku sudah tidak apa-apa kok Siren...."

Setelah mendengarkanku gadis itu lalu berlari meninggalkanku. Aku lalu berusaha bangkit dan membersihkan muka dan seragamku.
Aku memasuki kelas dan seperti biasa tak ada yang memperhatikanku.
Lalu pandanganku menelusuri seluruh sudut kelas. Tak ada Siren. Apakah dia berlari kekamar mandi dan menagis disana? Yah... aku hanya menduga setelah kejadian tadi di gerbang.

Seusai jam terakhir aku tidak melihat Siren sama sekali di mejanya sampai pulang sekolah. Memang saat jam istirahat aku sempat mencari Siren, tetapi hasilnya nihil. Aku malah sempat bertemu Tony yang sedang membicarakan seorang pacar, tetapi dia tidak menggubrisku. Aku tidak menyerah,  1 jam aku mencari Siren di semua sudut sekolah yang besar. 

"Aaaakh... Hentikan Siren..."

Jeritan laki-laki yang membuatku kaget. Aku langsung berlari menuju sumber suara. Ternyata itu digudang. Dan Tony di ikat dengan keadaan silang. Aku hanya mengintip dari jendela luar, dan pandanganku tertuju seorang gadis dengan parang ditangannya.

Tanpa pikir panjang aku langsung masuk melalui jendela. 

"Siren... Hentikan semua ini...!!!" teriakku dengan keras.

"Owh... kau lihat saja pertunjukannya tuan, ini sudah diatur tinggal bayangkan saja ini penggarisnya" Kata Siren dengan nada rendah, sambil mengacungkan parangnya.

"Btas..." dia memotong tangan kanan Tony dengan sekali tebasan.

"Inilah tangan yang selalu melukaimu Bayu..." sambil menunjuk Tony dengan parangnya yang penuh darah.

Tony bahkan tak berteriak sedikitpun dia hanya pasrah dan menatapku dengan wajah memelas. Sedangkan Siren, dengan penampilan acak-acakan dan penuh darah diseragamnya malah asyik menjilati darah diparangnya. Dan aku hanya berdiri dengan wajah ketakutan sekaligus tak bisa bergerak. 

"Si...Si...Re...Ren... To...long kau hen...ti...kan..."hanya itu yang bisa kuucapkan dari orang yang penakut ini.

"Owh... bagian yang paling kusuka darimu adalah keberanianmu mu menebas orang ini dengan penggaris itu" 
"Begini kan..."

"Btas..." Kepala Tony terbelah menjadi dua bagian disusul darah yang muncrat memenuhi lantai dimana Siren berdiri.

Gadis psikopat itu menatapku. Ia bukan lagi Siren yang ku kenal, melainkan korban bully yang kehilangan kesadarannya. Ia lalu mengambil korek api dan menyalakannya.
Gadis itu menjatukan parangnya yang penuh darah, tetapi itu tidak mengurangi rasa takutku.

Korek api itu dilempar dan membakar sebagian ruangan yang mudah terbakar. Lalu... Sesosok itu mulai menghampiriku. Semakin dekat...
Semakin dekat...
Tangannya terbuka, lalu ia merangkulku.

"Bayu... Aku mencintaimu..." ujar Siren.

"Siren... Kau akan terbakar..."

"Aku tak peduli"

"Siren aku mohon... Kita akan terbakar...!"

0 Response to "Kontes Menulis Horror : Penggaris Dan Parang"

Post a Comment

Siapapun boleh bertanya atau berkomentar sesuka hati, asal jangan spam ya... :D

Bangsa Game Friends